Minggu, Januari 11, 2009

Sistem Inovasi dan Pendidikan

Atas permintaan seorang pembaca blog ini, saya mengulas singkat tentang sistem inovasi dan pendidikan. Saya mengawali dengan mengingatkan kembali salah satu pengertian dari sistem inovasi. Jadi sistem inovasi pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.
Sistem inovasi sangat penting karena bukan semata menyangkut pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) itu sendiri [termasuk misalnya melalui pendidikan, penelitian, pengembangan dan kerekayasaan], tetapi juga bagaimana iptek dapat didayagunakan secara maksimal bagi kepentingan nasional dalam pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Demikian sebaliknya, perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya, menjadi bagian yang tidak dapat diabaikan dan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi arah dan kecepatan pemajuan iptek.
Gambar berikut [saya menggunakan skema yang dikembangkan oleh Arnold dan Kuhlmann, 2001] merupakan salah satu cara memudahkan pemahaman kita tentang sistem inovasi. Ini tentu bukan satu-satunya cara. Banyak skema lain yang digunakan oleh pihak yang berbeda, tergantung tujuan deskripsi kita tentang sistem inovasi.


Jadi, sistem inovasi memiliki peran dan hubungan timbal balik sangat penting dengan pendidikan. Ini juga diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (2001), yang menurut mereka fungsi utama sistem inovasi adalah :
  1. Menciptakan pengetahuan baru.
  2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
  3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
  4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
  5. Memfasilitasi formasi pasar.
Sementara itu, Liu dan White (2001) juga mengungkapkan beberapa aktivitas penting dalam sistem :
  1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);
  2. Implementasi (misalnya manufaktur);
  3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);
  4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan
  5. Pendidikan.
Jadi jelas bahwa dalam pengertian yang disampaikan di atas, ini berarti bahwa sistem pendidikan merupakan elemen/pilar sangat penting bagi berkembangnya sistem inovasi (nasional maupun daerah, serta sektoral/industrial). Sebaliknya, sistem inovasi yang kuat akan mendukung perkembangan pendidikan yang semakin baik pula.
Bagaimana kita dapat melakukan perbaikan yang bersifat timbal balik pada penguatan sistem inovasi dan pendidikan di Indonesia? Saya meminjam kerangka kebijakan inovasi yang diusulkan (dan sedang terus dikembangkan) dalam RAKORNAS RISTEK April 2008 di Palembang. [catatan : pengertian sederhana kebijakan inovasi adalah himpunan kebijakan untuk mendukung pengembangan/penguatan sistem inovasi]. Saya pernah menyinggung juga tentang ini secara singkat di blog publik Kompas.
Atas dasar kerangka kebijakan inovasi ini, maka beberapa hal penting perlu dilakukan di Indonesia antara lain adalah :
Kondisi Umum. Dalam hal ini perlu langkah perbaikan dalam peraturan perundangan, infrastruktur (fasilitas) dan sarana pendidikan [formal, non formal, informal] serta tenaga pendidik yang mendukung ketersediaan, aksesibilitas dan "afordabilitas" bagi seluruh masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Ini yang mendasar. Tetapi jangan juga mengabaikan pengembangan kompetensi yang semakin kuat pada bidang-bidang tertentu (selektif) yang mendukung penguatan keunggulan daya saing dan kemandirian bangsa.
Catatan penting dari saya : jangan sampai pengembangan sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan ”unggulan” menjebak kita hanya menyedikan lembaga pendidikan untuk anak/orang pandai dan memiliki kemampuan ekonomi. Pendidikan merupakan investasi untuk membuat orang menjadi pandai dan cerdas.
Kelembagaan dan Daya Dukung Iptek, serta Kapasitas Absorpsi Iptek oleh Industri. Penataan di bidang ini terbuka luas, apalagi jika dikaitkan dengan amanat dalam UU No. 20/2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, dan sejalan pula dengan kelahiran UU No. 39/2008 tentang Kementerian dan Kementerian Negara.
Ambil contoh tentang kesejalanan pendidikan dan pengembangan industri (dunia usaha). Jika penentu kebijakan di kedua “bidang” ini jalan sendiri-sendiri dan lembaga pendidikan tak mau tahu perkembangan dalam masyarakat dan dunia usaha, maka tak perlu heran kalau sarjana-sarjana baru pun akan semakin memperpanjang antrian pengangguran terdidik di negara kita dari waktu ke waktu.
Lembaga pendidikan vokasi yang baik sangat diperlukan. Selain itu, ke depan, beberapa perguruan tinggi terutama di bidang teknik (engineering) dan bisnis/ekonomi perlu didorong agar menjadi entrepreneurial universities. Ini tentu tidak harus perguruan tinggi negeri saja. ATMI Solo merupakan salah satu contoh perguruan tinggi yang memiliki program vokasi sangat baik di Indonesia. UMN Tangerang, walaupun usianya tergolong sangat muda, juga tengah berupaya menjadi perguruan tinggi yang memiliki kekuatan dalam menghasilkan technopreneur masa depan yang baik.

Bersambung . . .

14 comments:

Anonim,  11 Januari 2009 pukul 21.53  

Wah... menu makalahnya top markotop yach..dan budhe coba untuk menikmati serta mencernanya,kehormatan banget nich pesanan dipenuhi... makasih yach..smoga hari hari Pakde penuh kebaikan berkah barokah...Amien..

Bentar ni Pakde .. jadi yang dapet budhe tangkep dan simpulkan dari seluruh materi suguhan Pakde bahwa :
Inovasi is gebragan baru secara evolusi maupun revolusi dan terus menerus dlm melakukan suatu perubahan ke arah kemajuan sehingga terjadi keseimbangan di segala bidang bukan hanya iptek.Gitu ya Pakde... namun yang terjadi tu orang orang pinter dan pakar macam Pakde melakukannya dg model inovasi yg terlalu cepat monoton dan mati gaya tanpa melihat berbagai perubahan opini di sistem sosial.. ga' singkron dhonk.. krn sudah jadi juklak yach.. sehingga selain melahirkan ketidakpastian juga generasi yang miskin opini dah mengkered duluan.

Budhe cuma sedang memikirkan anak-anak yg skrg sekolah disini ..pengennya seh meneruskan di Indo ajah dan makasih banget nich sekalian diinfokan beberapa perguruan tinggi unggulan tapi untuk ke arah itu juga karena juklaknya mesti nilai PPKN dan bhs Indo mesti 9 padahal yg dipilih bidang tekhnik industri misalnya ah jadi ragu .kenapa gitu yak...

Pendidikan merupakan investasi untuk membuat orang menjadi pandai dan cerdas oo... gitu ya Pakde... beda...

Numpang blajar kant ga' pp yach.. jangan diketawain ya Pakde klo' nyleneh ga' nyambung.. ma'lum hihi.. sekali lagi makasih ya..

Tatang Taufik 11 Januari 2009 pukul 22.18  

He he . . . cepat-tidaknya inovasi kan juga tergantung konteksnya Budhe . . .
Inovasi itu sendiri pada dasarnya proses sosial Budhe . . Jadi orang/organisasi tdk bisa berinovasi kalau mengisolasi diri di ruang lab.
Kalu soal saya mati gaya, bukan krn inovasi atau sistem inovasinya, tetapi ya karena saya saja yang dari sononya memang tidak bisa bergaya he he . . .
Ya semuanya perlu proses Budhe. Saya harus banyak belajar agar tulisan2 saya bisa mudah dibaca & dipahami.
Wah puteranya mau ke Teknik Industri? Mau ngikutin jejak saya kali tuh hi hi . . .
Biar nyambung, nanti artikelnya insya Allah disambung lagi . . . jangan bosan kasih komentar, kritikan & masukan ya Budhe.
Terimakasih . . Jazakallahu khoiron katsiro . . .

Unknown 12 Januari 2009 pukul 21.06  

bagus artikelnya

numpang promosi ya

www.s1pgsd.blogspot.com

budhe 13 Januari 2009 pukul 06.29  

Wa iyakum... Amien... senang kok menikmati artikelnya..nambah wawasan dan sekiranya diijinkan ... boleh ga' makalah ini budhe print...makasih yach..

Anonim,  13 Januari 2009 pukul 10.32  

Menarik Pakde postingannya...

Sepenglihatan saya, di Indonesia sudah begitu banyak lembaga pendidikan formal/non formal, pemerintah/non pemerintah, sudah begitu banyak pula jebolan dari masing2 lembaga2 tersebut, namun pada akhirnya berhenti di titik 'Pengangguran'.....

Rasanya sangat penting adanya sistem inovasi di sektor usaha swasta atau kelembagaan pemerintah untuk bisa mendayagunakan para jebolan tersebut.

Kira2 isu 'regenerasi' di lembaga pemerintahan juga perlu diperhatikan nggak ya??? ^-^

ahmadx 13 Januari 2009 pukul 11.47  

ga' mudeng blas pakde,kapan2 tak baca lagi, penting nech..

Atca 13 Januari 2009 pukul 14.15  

makin mantep nih artikelnya pakde...
Btw dapat salam kenal dari mas Hendriono..dia terkesan sekali dengan artikel2 yang pakde tulis..
Kebetulan pas award kemaren Pakde ada urutan diataasnya..nah dia klik blognya pakde..dan baca2 disitu...katanya sih seideologi sama pakde...sama2 orang dari pendidikan...
Btw nanti langsung diskusi aja kalo bisa sama2 ketemu di blog..he...
sukses selalu buat pakde..

Anonim,  13 Januari 2009 pukul 21.09  

Pakde aku kopas dulu buat dipelajari, ini artikel yang mencerahkan terutama bagi yang bergelut didunia pendidikan. Komentar belakang, ngga lucu kalo komentar tidak nyambung.... Salam hangat dari Banjarsari - Ciamis - Jawa Barat - Indonesia - Bumi - Galaxi Bima Sakti.
Terima kasih buat Atca yang membawaku kesini...

Pakde 13 Januari 2009 pukul 22.17  

@ Srie n' Oedhien & Budhe Fahrun Musriati : silahkan
@ Umi Rina : betul, reformasi birokrasi tidak boleh diabaikan. Jika pemerintah ingin mendorong inovasi, kebijakan publik pun harus "inovatif"
@ ahmadx : sering berkunjung ke sini & sering berdoa mas . . .
@ Mbak Atca : baik sekali . . Jazakallahu khoiron katsiro . . .
@ pak Hendriono ; silahkan pak . . bebas dikomentari, bebas digunakan, semoga bermanfaat. Salam.

Anonim,  13 Januari 2009 pukul 22.26  

wah... saya udah lama sekali gak ngajar... jadi agak ketinggalan soal sistem inovasi dalam dunia pendidikan...di

Pakde 17 Januari 2009 pukul 09.18  

@ Mbak Lyla : bagaimana kalau mengajar untuk masyarakat sekitar, misalnya lewat telecenter? Mudah2-an masyarakat sekitar "ketularan" pandai seperti mbak Lyla . . .
Salam

elyas 19 April 2009 pukul 07.15  

top pakde..menambah wawasan nih

andre@continuous-innovation.co.cc 29 Mei 2010 pukul 21.58  

I'm glad Indonesian began discussing innovations in the forums. This indicates that the longing of Indonesian people in order to become an innovation nation.

I, as an observer from outside the education world, just wanted to give an opinion that if the education world really want to advance in the innovation,there are three factors education department must full fill :

1. Commitment to education leaders. This commitment should be united in a vision. Is there a vision?
2. Organization of education. Organizations that support the occurrence of innovation can be seen in three ways, namely:
- Structure that is easily accessible lower-level perpetrators of education to the top level and vice versa.
- The atmosphere and conditions of the principals of education. A simple example: how often do if the teacher allowed to teach in accordance with the teaching methods of his creation?
- Development of human resources education through various training
3. Always communicating channels to deliver innovative ideas

These 3 factor i realize easy to say but hard to practice.However, i believe if the leader of education department have a strong leadership in innovation, nothing is impossible

Let's support our nation to be the innovation nation !

www.continuous-innovation.co.cc

ARTIKEL TERAKHIR

Creative Commons License
Blog by Tatang A Taufik is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 United States License.
Based on a work at sistem-inovasi.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://tatang-taufik.blogspot.com/.

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP